Thursday 28 January 2016

Aku ingin menjadi jurnalis, menulis untuk kepentingan rakyat, tapi apakah rakyat sudah pantas untuk didukung?

Soe hok gie selalu menjunjung tinggi demokrasi (aku sedang menapaki sejarah hidupnya), tapi aku penasaran, apa dia pernah berpikir 'Sudahkah rakyat kita ini pantas untuk didukung? Pantas untuk kita bercucur darah pada mereka?' Bila jawabannya belum, hanya satu lah yang perlu dibimbing. Pendidikannya! Moralnya! Mentalnya! Dan bagaima caranya? Aku tidak berharap pada pemerintah, toh mereka sendiri yang membodohi rakyatnya, ingin rakyatnya tetap tertidur pulas, ingin meraup segala keuntungan dari kebodohan kami (walau tidak semua pemerintah bermenta ini ex: Ahok, Ridwan Kamil, Bu Risma) 

Kasian rakyat ini, sudah dibodohi, tambah tambah senang sedang dibodohi, nyaman diatas pembodohan masal ini. Apasih pembodohannya? Sudah jelas bukan? Televisi! Media sosial! Karena memang mudah melakukan pembodohan pada rakyat ini. Padahal sudah pernah aku melihat suatu algoritma yang sangat baik dalam 'penyebaran informasi', begini bentuknya:


Kadang kala, sampai aku pada kesimpulan mentah "Kami ini bodoh yang sudah taraf akut, dibodohi oleh pemerintah, dibodohi oleh musuh, dibodohi oleh teman, dibodohi oleh kami sendiri, dan paling parahnya kami gembira dengan pembodohan itu"

Memang cukup ekstrim, tapi ini terjadi nyata!



Kemarin aku didatangi sahabat dari jogja, Tri-Sna, kami (aku dan razief) menjemput mereka di leuwi panjang, aku sempat kaget razief sempat berhenti mendadak, ketika ada penyebrang ingin lewat, itu cukup membekas. Teman yang baik, sayang attitude-nya kurang, apa mungkin kami saja yang salah kaprah?

Sekarang kadar kebencian ku pada 'debat' berkurang, mungkin aku lebih terbuka sedikit. Bila memang debat itu bukan untuk menang/kalah, melainkan untuk mendapat value yang baik. Mungkin bisa jadi salah satu jalan yang baik.

Aku kamarin juga sedikit jalan-jalan kelliling bandung, mampir di gramedia, membeli beberapa buku menarik. Dan pulang.



No comments:

Post a Comment