Wednesday 8 April 2015

Kawan, dengarkan aku

Kawan. Mungkin aku memang terlahir "miskin pengalaman". Hidupku diselimuti zona aman. Terlampau aman. Hingga aku tersadar dunia tak seaman hidupku. Dan tak selamanya aku hidupi hidupku yang ini. Kelak aku dewasa. Hidupi dunia sendiri, keluar dari zona aman yang telah sengaja dibentuk oleh kedua orang tuaku.

Karenanya. Demikian aku sedikit demi sedikit mencari makna kehidupan. Mencari betapa bengis manusia modern ini. Yang dibalut ego diri, terlampau nyaman dengan hidup yang dikelilingi nafsu birahi. Ya kawan. Aku belajar. Belajar memaknai hidup. Tidak sembarang memaknai. Aku benar benar mencari dari seluruh sudut pandang. Baik jahat licik bijak. Semuanya. Aku pelajari. Dari mana aku belajar? Tentu semuanya. Dari lisan tulisan juga buktinyata yang disediakan alam. Dan kau kawan salah satu sumber ilmu ku. Berjuta syukurku pada Allah Tuhan Semesta Alam yang telah pertemukan aku pada kalian.

Kalian tahu sendiri bagaimana hidupku? Ajaran orang tuaku terlampau merasuk pada pribadi ini. Sampai tak peru lagi mereka arahkan. Aku terkadang menolak secara sengaja ajakan "mencari pengalaman"-mu kawan. Maaf. Malah terkadang aku beralasan orang tuaku tidak mengizinkan. Hah mustahil bukan? Ya terkadang memang itu kujadikan pembenaran atas ketakutanku meminta izin. Maaf.

Namun sedikit demi sedikit aku bangun keberanian. Jika memang alasan logis dan tidak dalam keadaan genting knapa aku harus takut?

 Tidak! Sama sekali aku tidak menyalahkan orang tuaku. Sungguh mereka adalah tempat kembaliku di dunia fana ini. Hanya aku yang terlalu takut. aku lah yang salah. Ya..

Kawan pengalamanmu yang kau bagi ialah harta pelita modal untukku menjalani hidup ini. Sekali lagi. Terimakasih kawan yang sudi berbagi hartamu pada sang fakir pengalaman ini. Terimakasih..

No comments:

Post a Comment